By: Rindang
Wijayanto (14301241028) Pendidikan Matematika A 2014 FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta
Orang yang memiliki jiwa etnomatematika
adalah orang yang mempertahankan kaum lemah/ siswa lemah. Untuk belajar
matematika yang formal, menggunakan matematika konkrit. Benda benda yang nyata
disekitar kita lalu dibuat modelnya setelah itu dibuat matematika formalnya.
Seperti pembelajaran Realistic Mathematics Education tedapat beberapa tahap
yang dimulai dari matematika konkrit, model konkrit, model formal, dan yang
terakhir matematika formal. Fungsi dari etnomatematika adalah menyediakan
matematika konkrit dalam rangka untuk belajar matematika.
Di dalam pembelajaran sebagai seorang guru
tidak boleh marah kepada siswa, bisa diibaratkan gunung api yang memuntahkan
lava yang akan menyebabkan udara panas yang menghanguskan bagi yang dimarahi. Bisa
hancur lebur minat dan intuisi siswa.
Menurut teori pengetahuan Immanuel Kant, langit
itu logika dan bumi itu kenyataan. Teori itu langit, bumi itu prakteknya. Semua
logika itu resepnya/prinsip, sedangkan bumi itu bayangannya pelaksanaanya,
wujudnya. Maka bisa bertemu satu antara lain diperlukan perantara seperti
microteaching untuk mempertemukan antara bumi dan langit.
Persoalan pendidikan matematika di
Indonesia adalah bagaimanan pembelajaran itu menjadi inovatif, oleh karena itu
harus dirubah paradigmanya. Dalam pembelajaran tradisional guru itu otoriter
atau memaksakan kehendak siswa. Oleh karena itu harus dirubah paradigmanya
menjadi konstruktivisme. Siswa diibaratkan benih, siswa dibiarkan berkembang
sesuai potensinya. Tugas guru bagaikan petani yaitu memfasilitasi siswa agar
siswa dapat berkembang. Oleh karena itu diperlukan komponen pembelajaran
inovatif.
Berikut komponen pembelajaran inovatif:
- RPP pembelajaran inovatif
- LKS yang memfasilitasi siswa
- Appersepsi yang memberikan siswa untuk melakukan kegiatan secera langsung
- Variasi Media
- Variasi Metode
- Variasi Interaksi
- Diskusi Kelompok
- Skema Pencapaian Kompetensi Siswa
- Refleksi Siswa (Presentasi Siswa)
- Kesimpulan oleh siswa
- Portofolio (Assesmen)
Mahasiswa juga melakukan penelitian, survey
dan studi kasus etnomatematika di Museum Sonobudoyo ketika ada pertunjukan
wayang untuk menganalisis objek yang dapat digunakan untuk pengembangan
perangkat pembelajaran matematika berbasis etnomatematika. Setelah melakukan penelitian,
survey dan studi kasus etnomatematika di Museum Sonobudoyo diperoleh beberapa
objek yang dapat digunakan untuk pembelajaran matematika misalnya gong,
kendhang, saron, bonang dan sebagainya.
Selain di Museum Sonobudoyo Mahasiswa pun
melakukan penelitian, survey dan studi kasus etnomatematika di Keraton
Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan untuk menganalisis artefak atau
objek yang dapat digunakan untuk pengembangan perangkat pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika serta menerapkan pengembanan model pembelajaran
matematika berbasis etnomatematika ketika pembelajaran di dalam kelas. Setelah
melakukan penelitian, survey dan studi kasus etnomatematika di di Keraton
Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi Prambanan diperoleh beberapa objek yang dapat
digunakan untuk pembelajaran matematika misalnya atap Keraton Yogyakarta,
Prasasti Candi, dan sebagainya. Setelah itu, juga ada mahasiswa yang melakukan
praktik pembelajaran berbasis etnomatematika yang di amati langsung oleh Prof.
Dr. Marsigit, M.A.
Selain itu, Prof. Dr. Marsigit, M.A juga
mengajarkan bahwa sebagai generasi muda kita tidak boleh memiliki jiwa inverior
(menunjuk orang lain), kita harus mengusulkan diri kita sendiri dan tetap teguh
memegang kepala/hati kita.